Keluarga Besar Mahasiswa Peradilan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengucapkan "SELAMAT & SUKSES ATAS TERSELENGGARANYA MOPA (MASA ORIENTASI KBPA) GINTUNG 21-22 MARET 2015"

Maf'ul Bih Wa Aqsamuhu

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
اللغة العربية merupakan kata yang menerangkan gaya bahasa arab, sedangkan tentang علوم العربية adalah ilmu yang membahas cara pengucapan dan penulisan yakni قواعد اللغة العربية seperti علم الصرف و النحو.
Makalah ini merupakan sebagian dari قواعد اللغة العربية , ilmu ini mengajarkan agar memudahkan dalam penakaian gaya bahasa, jelas maknanya, dan mendekatkan pemahaman kita sebagai المتعلمين.
مفعول به termasuk bagian dari أسماء المنصوبة (isim-isim yang dinashabkan) berstatus nashab dimana suatu pembahasan ini menunjukan suatu فاعل jatuh padanya baik berupa isbhat (positif) maupun nafi (negatif).
B. Identifikasi Masalah
1. Pengertian/definisi مفعول به
2. Macam-macam مفعول به dan hukumnya
3. Mendahulukan مفعول به dan mengakhirkannya
4. المشبه بالمفعول به (lafadz/kata yang menyerupai مفعول به)



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian/definisi مفعول به
المفعول به هو اسم منصوب يدل على شئٍ وقع عليه فعل وفاعل اثباتا او نافيا ولا تغير على صورة الفعل النحو/المثل: أكلتُ الرزَّ ,ما أكلتُ الرزَّ.
مفعول به adalah isim manshub yan menunjukan suatu arti dimana perbuatan/فاعل jatuh padanya, baik dalam posisi isbhat (positif) atupun nafi’ (negatif) dan bentuk فعل sama sekali tidak berubah, contoh: (+) أكلتُ الرزَّ (saya telah makan nasi) (-)ما أكلتُ الرزَّ (saya tidak makan nasi).
مفعول به bisa didefinisikan juga إسم منصوبٌ الّذى يقع به الفعل (isim manshub yang menjadi sasaran perbuatannya objek), maksudnya isim manshub yang menjadi sasaran perbuatan pelaku.Contoh:ضربتُ الكلبَ (saya telah memukul anjing), kata الكلبَ itu merupakan مفعول به karena jadi sasaran yang memukul.

B. Macam-macam مفعول به dan hukumnya
1. Macam-macam مفعول به
مفعول به ada dua macam yaitu صريح dan غير صريح.
a. صريح (jelas/nyata)
صريح terbagi menjadi dua macam yaitu:
- ظاهر اسم contoh: كَتَبَ أحمدٌ الدّرسَ (Ahmad menulis pelajaran)
- اسم ضمير متصل contoh:اَكْرمْتُكَ واَكْرَتَهُمْ (saya menghormatimu dan menghormati mereka.
اسم ضمير منفصل contoh: إيّكَ نَعْبُدُ وإِيّكَ نَسْتَعِيْنُ (padamu aku menyembah dan padamu aku memohon pertolongan.

b. غير صريح
غير صريح , maka macam ini ada tiga macam, yaitu:
1. مؤوّل بِمصْدر بعدَ حرفٍ مَصْدريٍ (dita’wilkan dengan masdar, setelah huruf masdar) Contoh: علمتُ أنّكَ مجْتحدٌ (Aku mengerti akan kesungguhanmu)
2. جملة مؤوّلة بمفردٍ (jumlah yang dita’wilkan dengan isi mufrad)
Contoh: ظنَنْتكَ تجتحدٌ (aku mendugamu orang yang rajin)
3. جرّ ومجرور
Contoh: أمسكتُ بيدكَ (saya memegang tanganmu)
Kadang-kadang isim yang majrur menjadi مفعول به غير صريح itu huruf جرّ –nya dihilangkan dengan demikian isim tersebut menjadi منصوب , kemudian disebut المنصوب على نزاع الحفظ (berstatus nashab dengan menghilangkan huruf jarnya). Jadi kembali semua dalam pembacaan nashab.
2. Hukum-hukum مفعول به
a. أنه يجب نصبه (wajib dibaca nashab)
b. أنه يجب حدفه لدليل (مفعول به boleh dibuang=tidak dsebutkan karena ada suatu dalil)
Contoh : رعتِ المشيةُ, إذا يقالُ: هل رأيتَ خليلاً ؟ فتثول: رأبتُ kadang-kadang fiil muta’adi dapat juga digunakan sebagaimanapula fi’il lazim, dalam keadaan yang tiak memerlukan kepada maf’ul bih. Seperti contoh: كقوله تعالى: هل يستوي الّذين يعلمون والّذين لا يعلمونَ.
c. أنه يجوز أن يحذَفَ فعلهُ لدليل (diperbolehkan fi’il dari maf’ulun bih dibuang atau tidak jika disebutkan dalilnya.
Contoh: كقوله تعالى: ماذا أنزل ربُّكم ؟ قالوا خيراً. أي أنزلَ خيراً dalam kata-kata pepatah arab justru fi’il yang menashahkan maf’ul bih wajib dibuang, atau tidak disebutkan. Seperti dalam contoh: الكلبَ على البقرِ, أي: ارسلِ الكلبَ
d. أن الأصلَ فيه أن يتأخرَ عن الفعلِ والفاعل (mengakhirkan fi’il dan fa’il) atau وقد يتقدّمُ على الفاعل, أو على الفعل والفاعل معًا كما سيأتي (dan telah mendahulukan fa’il atau fi’il dan fa’il bersama.


C. تقديم بالمغعول به وتأخره )mendahulukan مفعول به dan mengakhirkannya)
1. تقديم الفاعل والمفعول أحدهما على الأخر (mendahulukan مفعل به atas فاعل dan mengakhirkannya atas فعل hukumnya boleh contohnya: كَتَبَ أحمدٌ الدرسَ (Ahmad telah menulis pelajaran), كَتَبَ الدرسَ أحمدٌ (pelajaran telah ditulis ahmad).
Mendahulukan salah satu diantaraمفعول به dan فاعل hukumnya wajib atas lainnya apabila:
a. Jika ada diketahui ada keserupaan dan timbul keraguan lantaran i’rob yang masing-masing lafadz dan tanda-tandanya tidak jelas serta tidak diketahui mana yang فاعل dan mana yang مفعول. Contoh: علّمَ موسىَ عيسىَ (musa telah mengejar isya), tetapi apabila ada tanda yang dapat diketahui, maka hukumnya boleh مفعول به. Contoh: أكرمتُ موسى سلمىَ .
b. فاعل terikat dengan ضمير yang kembali kepada مفعول, maka فاعل wajib diakhirkan dan مفعول wajib didahulukan. Contoh:أكرم سعيداً غلامه (said telah dihormati oleh pembantu mudanya).
c. فاعل dan مفعول keduanya berupa اسم ضمير dan tidak ada pengkhususan antara salah satunya, maka فاعل wajib didahulukan dan مفعول wajib diakhirkan. Contoh: اكرمته (saya telah menghormatinya).
d. Salah satunya berupa ضمير متصل dan yang lain berupa اسم ظاهر, maka dalam hal ini didahulukan اسم ضمير. Contoh: أكرمتُ علياً (saya telah menghormati ali).
e. Apabila salah satunya menjadi sasaran pengkhususan dari fi’il dangan menggunakan lafadz إلاَّ atau إنّما maka مفعول atau فاعل yang menjadi sasaran pengkhususan wajib diakhirkan.
2. تقديم المفعول على الفعل والفاعل معاً (mendahulukan atas مفعول atas فعل dan فاعل.
a. مفعول berupa اسم شرط contoh: أيّهم تكْرمْ أُكرِم (manapun mereka, yang engkau hormati maka saya akan menghormati), atau مفعول di مضاف –kan kepada اسم شرط.
Contoh: هَدىَ مَنْ تتَّبِعُ بَنُوْك (pada petunjuk siapapun yang engkau ikuti, maka akan mengikuti pula putri-putrimu).
b. مفعول به berupa اسم إستِفهَمْ contoh: منْ أكرمْتَ (siapakah yang engkau hormati?), atau مفعول به di مضاف –kan kepada اسم إستفهم, contoh: كتبَ مَنْ أخذْتَ؟ (siapakah yang engkau hormati?).
c. مفعول به berupa lafadz كم كأيِّنْyang mempunyai ma’na khobariyah, contoh: كمْ كتبٍ ملكتُ! (banyak sekali kitab yang saya miliki), كأيّن منْ علمٍ حويتُ (banyak sekali ilmu pengetahuan yang saya himpun)
d. مفعول به منصوب oleh jawabanya lafadz أمّا , contoh: فأمَّا اليَتِيْمَ فَلاَتَقْهَرْ (adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang).
3. تقديم أحد المفعولين على الأخر (mendahulukan salah satu dari dua مغعول lainnya)
Contoh: علمتُ اللهَ رَحِماً(saya meyakinkan bahwa Allah maha penyayang).
Kecuali masalah diatas, ada ketentuan bahwa salah satu dari dua مفعول itu ada yang wajib didahulukan atas empat macam, yaitu:
a. Jikalau ada keserupaan, maka wajib mendahulukan مفعول pertama, contoh: أعطيتُ أخاكَ (saya telah memberikan engkau kepada saudaramu).
b. Mendahulukan اسم ضمير dan mengakhirkan مفعول yang berupa اسم ظاهر ketika salah satu dari dua مفعول berupa اسم ظاهر dan yang lain berupa اسم ضمير , contoh: أعطيتُكَ درهماً (saya telah memberikan kamu uang dirham).
c. Salah satu مفعول menjadi sasaran pengkhususan dari فعل dalam hal ini wajib mengakhirkan مفعول , baik berupa مفعول أوّل/مفعول الثانى , contoh:
ما أعطيْتُ سعدًا الاّ درهماً (saya telah memberikan kepadamu uang dirham).
d. مفعول اوّل wajib memakai ضمير kembali kepada مفعول الثانى , maka wajib mengakhirkan مفعول اوّل dan mendahulukan مفعول الثانى , contoh:
أعْطِ القَوْس باَرِهاَ (berikanlah busur itu kepada orang yang merautnya).







D. المشبَّه بالمفعول به (Lafadz yang menyerupai مفعول به)
Apabila lafadz yang diamalkan oleh الصفة المشبهة معرفة, maka punya hak baca rafa’ karena sebagai فاعل nya, contoh: عليٌّ حسنٌ حُلُقُهُ (ali adalah orang yang baik budi pekertinya), hanya saja apabila bertujuan untuk ma’na mubhalaghah, maka mereka memindahkan fungsinya, dengan cara sifat musyabihat itu merafa’kan فاعل yang merupakan ضمير yang tersimpan yang kembali ke lafadz sebelumnya.
Kemudian yang tadinya menjadi فاعل dibaca منصوب untuk berfungsi sebagai lafadz yang menyerupai مفعول به. contoh: عليٌّ حسنٌ حُلُقُهُ dengan dibaca منصوب pada lapadz حُلُقُهُsebagai lafadz yang menyerupai مفعول به tetapi bukan مفعول به. Sebab sifat musyabihat adalah lazim, artinya tidak dapat menashobkan مفعول به, dan juga bukan menjadi تميز karena berupa اسم معرفة yaitu di مضاف –kan kepada اسم ضمير, sedangkan ketentuan تميز adalah harus berupa اسم نكرة.


BAB III
PENUTUP


الاستنباط/الخلاصة/Kesimpulan




الزيادة:
المفعول به هو اسم منصوب يدل على شئٍ وقع عليه فعل وفاعل اثباتا او نافيا ولا تغير على صورة الفعل النحو/المثل: أكلتُ الرزَّ ,ما أكلتُ الرزَّ.
المشبَّه بالمفعول به إن كنا معمولٌ الصفة المشبهة معرفة, فحقُّه الرفعُ, لأنّه فاعلٌ لهاَ. نحو: عليٌّ حسنٌ حُلُقُهُ. غير أنهم إذا قصدوا المبلغةَ حوَّلوُا الإسندَ عن فاعلها الى ضمير يستترُ فيها يعود الى ما قبلها, ونصب كان فاعلا نشبيهاً بالمفعول به علي حسنٌ خُلْقَهُ, بنصبِ الخُلُق على التشبيه بالمفعول به, وليس مفعولاً به, لأنّ الصفةَ المشبحة قاصرةٌ غيرُ متعديةٍ, ولاتميزاً, لأنه معرفةٌ بالإضافة الى الضمير. والتميِزُ لا يكونُ إلا نكرةً.

Daftar Pustaka

الشيخ مصطفى الغلاييني. ١٩٩٤. جامع الدرس العربية. المكتبة العصرية: صيدا بيروت
محمد محدم المصرى. ١٩٨١. فواعد اللغة العربية دار الكتب: المملكة العربية السعودية.

1 komentar:

ARIS MALZUMUL mengatakan...

syukron minn

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More